Bismillah,
Akhirnya, dengan kemampuan amatirku dalam membaca, selama
3 hari aku menyelesaikan novel Tahta Mahameru.
And?
Daebak!!!
Keren banget banget. Pantaslah kalau novel ini menang di
sayembaranya Republika.
Novel ini adalah novel kesekiannya Azzura Dayana yang aku
baca. Posisi kedua terbaik setelah Birunya Langit Cinta yang aku baca zaman
SMP.
And...sedikit yang aku tangkap dari novel ini,
Tahta Mahameru berkisah tentang seorang Faras, gadis desa
Ranu Pane yang cerdas dan baik hati yang kemudian bertemu dengan Raja Ikhsan
seorang laki-laki yang dalam perjalanannya menuju Mahameru dalam kondisi dengan
karakter sinis, pemberontak, pendendam, namun seorang pemikir sejati.
Karakter pemikir sejatinya itu yang kupikir membuatnya
mengajukan tiga pertanyaan pada Faras, pertanyaan-pertanyaan yang menurutku
cukup...mencengangkan.
Pertanyaan yang masing-masing diajukan Ikhsan pada Faras
selama tiga tahun berturut-turut kunjungan Ikhsan ke Mahameru.
Karena tiga pertanyaan yang saat tahun ketiga Faras tidak
bisa menjawabnya, membuat gadis itu pada tahun keempat memutuskan untuk mencari
jejak Ikhsan, lewat foto-foto perjalanan Ikhsan yang dikirim lewat email, Faras
melakukan perjalanan dari Borobudur hingga Tanjung Bira. Bertekad kuat untuk
bertemu dengan Ikhsan dan memberikan jawaban-jawaban atas pertanyaan-pertanyaan
yang belum bisa dijawab oleh Faras.
Dalam perjalanannya itu, Faras bertemu dengan Mareta,
yang sedang dalam perjalanan ilegalnya alias minggat dari rumah.
Kupikir, inti konflik keluarga yang dialami Ikhsan dalam
novel ini agak sinetron abis, tapi sang penulis dengan pro nya bisa membuat
konflik yang agak sinetron ini menjadi lumayan keren.
Karena sang penulis secara riil mendaki Mahameru, deskripsi yang dihadirkan sepanjang perjalanan menuju puncak gunung itu lumayan tervisualisasi sama aku.
Tapi, entah kenapa, meskipun novel ini berfokus pada
Mahameru dan daerah-daerah sekitarnya, aku malah lebih tertarik pada Makassar
dan Suku Bugisnya, yang diceritakan pada bagian perjalanan Ikhsan maupun
Faras-Mareta saat ke sana.
Sang penulis dengan gamblang menjelaskan tentang
daerah-daerah di Makassar yang selama ini gak pernah aku tahu, beserta
keindahan alamnya.
Kalau Korea sering selling daerah-daerah mereka lewat
drama maupun reality show nya, sang penulis Tahta Mahameru menurutku dengan
suksesnya mengeksplor sisi-sisi positif Indonesia lewat indahnya Tanjung Bira
dan pantai-pantai di Makassar yang aku udah lupa namanya -_-“. Gak cuma soal
tempat, deskripsi soal karakter suku Bugis dan pelaut-pelautnya membuatku amat
tertarik untuk tahu soal karakter ke-suku-an di Indonesia. Apalagi soal perahu
pinisi, yang rasanya aku pernah mempelajari saat belajar Sejarah di sekolah
dulu, tapi, rasa-rasanya soal perahu pinisi di novel ini lebih menarik ratusan
kali lipat ^_^v.
Yeah, novel ini recommended untuk dibaca.
Efek samping dari membaca novel ini adalah...
benar-benar menggoda untuk jadi backpacker dan keliling Indonesia.
baca juga lontara rindu. Pembaca diajak berpikir dan jalan-jalan ke suku bugis juga :D
BalasHapusiya, nih...pengen banget bacanya...
BalasHapusentah kenapa, novel2 dengan latar daerah diluar Jawa seperti Sumatera dan Sulawesi begitu menarik...