Bismillahirrahmaanirrahiim,
Beberapa hari terakhir, saya merasa cukup kangen dengan kampus dan segala yg berkaitan dengannya.
Apalagi saat mendengar kabar bahwa sahabat saya dirawat di rumah sakit dan ibu sahabat saya yang lain meninggal dunia.
Semakin saja saya ingin pulang ke Indonesia.
Tapi, jelas, itu tidak mungkin saya lakukan. Jadi, saya mencoba bertahan hidup disini dengan segala perasaan yang mendera.
Karena rasa kangen itulah, saya jadi amat kepo dengan hal-hal yang berkaitan dengan kampus.
Saya jadi rajin mengecek medsos hal-hal yg sedang in di kampus.
Include, pemira.
Saya tahu kalau di KM ipb bakal ada 3 calon pasangan untuk nantinya mengemban tanggungjawab sebagai presiden dan wakil presiden KM ipb.
Jujur saja, banyak nama dari 3 calon pasangan itu yg asing alias saya tidak kenal.
Hehe. Maklum saja, saya tidak terlalu banyak kenal orang di kampus.
Dan, saya cukup sedih, saat saya tahu bahwa di fakultas merah saya, tidak ada mahasiswa yg mengajukan diri untuk menjadi calon ketua BEM fakultas.
Tahun ini seharusnya adalah tahun bagi mahasiswa angkatan 2011 untuk memimpin fakultas.
No offense, karena saya pribadi merasa bersalah, belum mampu menunjukkan sisi keindahan dalam keterlibatan saya berada didalam badan eksekutif mahasiswa.
Saya yakin bahwa banyak sekali kebaikan dan pembelajaran yang bisa saya ambil dalam lewat setengah tahun kepengurusan di bem dan hal itu yang membuat saya sedih, jika di tahun depan, kebaikan dan banyak sekali pembelajaran tersebut tidak bisa dirasakan oleh adik-adik tingkat saya karena BEM dibekukan.
Dan penyebabnya sederhana, karena sampai detik ini tidak ada mahasiswa yang mengajukan dirinya untuk berkorban lebih banyak.
No offense untuk kedua kalinya, karena memang menjadi seorang ketua BEM itu bukan hal yg mudah.
Saya melihat dia yang merasa tertekan, tertuntut, dan tersakiti dari jarak yang cukup dekat.
Saya melihat dia yang berusaha menyelesaikan banyak urusan eksekutif mahasiswa sambil terseok-seok menyelesaikan urusan pribadinya, dia yang mendahulukan kepentingan segenap mahasiswa fakultas merah daripada kepentingan pribadinya.
Dia yang saya yakin mengeluarkan pengorbanan harta,jiwa, dan raga tanpa pembayaran duniawi apapun.
Saya tidak bermaksud menyanjung atau memuji siapapun.
Tapi dia atau orang-orang lain yg melakukan pengorbanan semacam itu, benar-benar merasakan cinta pada saudara-saudara sefakultas atau apapun padanannya, sehingga tidak ingin melewatkan kebaikan dan kemanfaatan lain tersalurkan mungkin dari kontribusi menjadi ketua BEM.
Hanya Allah swt yang bisa membalas kebaikan orang-orang yang telah berkorban itu.
Saya berharap bisa membaca kabar baik tentang calon pemimpin fakultas merah. Dia atau mereka yang berbaris untuk melanjutkan menebar kebaikan dan kemanfaatan di fakultas merah.
Allahu a'lam.