Mempunyai anak pertama di usia saya dan usia pernikahan yang masih muda menjadi tantangan besar untuk saya. Pertama karena saya merasa masih banyak hal yang ingin saya lakukan yang akan sangat sulit dilakukan saat sudah mempunyai anak. Kedua ego saya yang masih tinggi untuk mendahulukan kepentingan saya di atas yang lainnya.
Jujur saja selama 9 bulan mengasuh anak, saya merasakannya seperti roller coaster. Ada masa saya sangat bahagia dan berbunga-bunga melihat anak saya, tapi ada juga momen saya merasa menjadi orangtua paling buruk sedunia.
Banyak pikiran negatif yang muncul saat anak saya di awal kelahirannya sering sekali menangis. Rasa sakit setelah operasi sesar ditambah rasa lelah karena harus tidur larut dan bangun pagi, kadang membuat saya berpikiran yang tidak-tidak, bahkan menyesali takdir. Sungguh sesuatu yang sangat menyedihkan bila kemudian saya ingat sambil memandang wajah anak saya.
Pun sekarang sampai usia anak saya semakin bertambah, tentu makin banyak tantangan yang saya hadapi. Mulai soal makan yang sangat tricky sampai berat badannya naik irit bahkan turun, hingga saya yang tidak bisa beraktivitas karena anak enggan ditinggal dan akhirnya menangis meraung-raung. Itu semua kadang membuat saya lelah lahir dan batin. Tentu dampaknya sangat tidak bagus. Pikiran yang tidak-tidak, menyesali diri, trauma untuk memiliki anak kembali, menyalahkan pasangan, itu semua pernah saya rasakan. Kadang bahkan saat emosi sedang tidak stabil, saya melampiaskan dengan menunjukkan wajah kurang mengenakkan di depan anak saya. Sesuatu yang di malam hari sangat saya sesali.
Melihat anak saya terlelap tidur dengan nyenyak. Muncul rasa bahagia dan bersyukur, karena tidak semua orang dengan segera mendapatkan anak. Masing-masing ibu dan calon ibu punya ujian dan tantangannya. Pun masing-masing kondisi anak. Seharusnya, kondisi anak saya sekarang membuat saya banyak bersyukur dan bukan sebaliknya.
Memang hormon dan emosi yang tidak stabil menjadi pengaruh yang tidak terhindarkan bagi ibu untuk mengalami baby blues atau postpartum depression. Akan tetapi, bukan berarti kita lantas selalu mengkambinghitamkan keduanya. Bila ada suatu masalah insya Allah pasti ada jalan keluar.
Buat saya pribadi, lingkungan keluarga besar maupun kecil sangat berpengaruh untuk mengatasi perasaan negatif saat mengasuh anak. Dukungan ipar, mertua, orangtua, dan suami amat sangat penting.
Terutama suami yang membersamai tumbuh kembang anak. Suami yang pengertian dan mau mengimbangi istri sangat besar pengaruhnya untuk bisa menghindari terjadinya BB dan PPD.
Saat saya sedang dalam kondisi emosi yang kurang stabil, bantuan seperti menggendong si kecil, mencuci piring, membelikan lauk matang untuk santapan keluarga sangat berarti.
Selain itu, proses mendekatkan diri pada Allah swt, menyadari bahwa anak adalah amanah sangat penting.
Anak tidak bisa memilih siapa yang akan menjadi orangtuanya. Ketika kita sudah terpilih menjadi orangtua, maka kewajiban kita adalah menjadi orangtua terbaik bagi anak kita dan menjadikannya prioritas tanpa menzalimi hak diri kita.
#PICBBdanPPD
#inspirasiceria
#pojokilmuceria
#tugasfebruari2018
Save.
BalasHapusTerimakasih Umm sudah share hal yang luar biasa ini ^_^