Salah satu perjalanan bak roller
coaster selama menjadi stay at home
mom adalah merasakan tidak lagi menerima gaji setiap bulan. Meskipun tetap
dapat uang bulanan dari suami, rasanya berbeda dengan gaji dari hasil pekerjaan
sendiri.
Menjadi ibu di rumah (stay at home mom)
adalah pilihan yang saya buat secara sadar, karena merasa berat rasanya kalau
harus meninggalkan anak dan bekerja jauh dari rumah. Makanya, saya merasa kagum
dengan ibu bekerja yang bisa membagi fokusnya antara pekerjaan dan tetap menjaga
bonding yang baik dengan anak.
Rutinitas sebelumnya sebagai pekerja kantoran sempat membuat saya kaget
saat menghadapi ritme kehidupan di rumah yang begitu-begitu saja. Apalagi kalau
sudah menyinggung soal keuangan. Rasanya dulu kalau sudah menerima gaji, bebas
saja mau diapakan uang kita tersebut. Begitu tidak lagi gajian, rasanya uang
bulanan dari suami sudah sangat ketat pos-posnya.
Mohon
dimaklumi, kalau dulu saat single,
bablas saja mau menghabiskan uang untuk kuliner atau hangout di mall.
Sekarang, mulai membangun kesadaran bahwa investasi sangat penting. Kasarnya,
kalau hanya mengandalkan pekerjaan suami yang sekarang maupun pekerjaan
sampingan saya, jauh sekali kalau menginginkan kebebasan finansial.
Sudah mulai
mawas diri harus disiplin soal keuangan termasuk mengontrol keinginan demi masa
depan anak dan hari tua yang lebih baik. Meskipun sudah dianggarkan juga untuk
sedikit sweet escape ala emak-emak,
tapi, jumlahnya tidak luber-luber seperti di zaman bergaji sendiri dulu. Apapun
itu tetap berusaha disyukuri.
Suatu saat
saya berpikir bahwa ketika saya ada keinginan ini itu, tapi anggaran keluarga
sudah mentok, mungkin ini saatnya saya mencari 'pekerjaan' yang lain.
Rencana
mencari pekerjaan sampingan disusun dengan syarat pakem, tetap bisa
membersamai anak di rumah. Syarat yang agak tricky
karena setiap pekerjaan pasti membutuhkan waktu, tenaga, dan pikiran. Buat SAHM
(stay at home mom) seperti saya yang
tanpa asisten rumah tangga, tentu yang harus dipangkas adalah waktu bersama
anak dan atau waktu istirahat.
Pekerjaan
sampingan pertama yang sudah saya coba (terinspirasi dari banyaknya SAHM
yang melakukan pekerjaan tersebut) adalah berjualan barang online. Hasil dari mencoba pekerjaan tersebut tidak terlalu baik.
Keuntungan yang saya dapat yang seharusnya bisa untuk perputaran modal usaha
kembali nyatanya malah hangus hanya untuk jajan dan shopping. Ini kesalahan fatal dalam mengatur uang bisnis, karena
membiarkan tumpang tindih antara jatah bulanan dengan hasil berjualan. Bisnis
yang coba saya lakukan pun akhirnya jalan di tempat tanpa laba berarti.
Meskipun saya mendapat keuntungan dalam bentuk yang lain, yaitu networking dan pengalaman bisnis
kecil-kecilan. It's all worth for first
attempt.
Pekerjaan
selanjutnya yang saya coba tekuni adalah menjadi content writer (penulis konten). Sebenarnya saya tidak terlalu
kesulitan mengerjakan job ini.
Hasilnya pun bisa dibilang lumayan untuk beban kerja yang ringan. Kalau saya
mau mengejar job menulis konten yang
banyak, hasilnya pun sebenarnya sebanding. Hanya saja, selama ini saya
cuma menunggu umpan pekerjaan datang saja. Tidak terlalu getol untuk
mencari sana-sini. Sebulan mungkin hanya mengerjakan satu konten tulisan permintaan
klien. Padahal dengan berkembangnya dunia digital sekarang ini, job menulis konten sangat banyak.
Pekerjaan
sampingan ketiga sebenarnya tidak jauh berbeda dengan pekerjaan sampingan yang
saya sebutkan sebelumnya. Masih dalam lingkup menulis konten hanya saja
medianya adalah blog pribadi. Sejauh ini, menulis di blog pribadi atau menjadi blogger adalah pekerjaan sampingan yang
kompatibel untuk SAHM seperti saya, selain alasan bahwa menulis blog adalah
hobi yang saya senangi.
Bagi SAHM
yang lebih mudah mengerjakan pekerjaan sampingan dari rumah, bisnis online apapun itu jenis dan bentuknya
sangat menguntungkan. Akan tetapi, menguntungkan atau tidaknya pekerjaan online yang kita lakukan kembali kepada
diri kita sendiri. MoneySmart merangkum tiga kunci sukses khususnya dalam
menjalankan bisnis online. Apa
saja kah itu?
Pertama,
perencanaan. Ah, kan cuma pekerjaan sampingan, let it flow saja. Big no!
Kalau kita memang ingin mendapatkan hasil yang riil dari suatu pekerjaan
termasuk pekerjaan sampingan, semua harus kita rencanakan dengan baik.
Perencanaan menjadi petunjuk langkah untuk mencapai apa yang kita inginkan.
Misalnya kita ingin membuka bisnis katering, paling tidak kita merencanakan
siapa target konsumen, berapa porsi yang harus dijual untuk mendapatkan
keuntungan yang kita inginkan, dan seterusnya. Kalau kita menjadi penulis
konten atau blogger, paling tidak
kita harus merencakan dalam satu bulan berapa jumlah tulisan yang harus
diselesaikan dan sebagainya. Pentingnya perencanaan seperti peta yang dibawa
oleh seseorang yang bepergian. Tanpa peta, akan mudah kehilangan semangat
bahkan tersesat tak tentu arah.
Hasil
pekerjaan sampingan buat saya pribadi memang harus dihitung hitam di atas putih
berapa target nominal yang kita inginkan. Ini bagian dari menyusun perencanaan
dan sebagai strategi agar kita terus semangat. Seandainya target nominal dari
pekerjaan sampingan belum tercapai, tapi karena kita melakukan pekerjaan dengan
bahagia dan sepenuh hati, segalanya jadi terasa ringan. Seperti halnya
rencana bisnis yang mungkin tidak seratus persen berjalan sempurna, tetapi itu
jauh lebih baik daripada tidak membuat perencanaan sama sekali.
Kedua, kerja
keras. Mengurus bisnis berbarengan dengan mengurus rumah dan anak sungguh hal
yang sangat menantang bagi seorang ibu. Tetapi, di situ lah tuntutan yang harus
kita penuhi agar bisa sukses. Sabar, ulet, dan mau bekerja keras menjadi kunci
kesuksesan.
Ketiga, mau
belajar dari kesalahan. Tak ada gading yang tak retak, begitu pepatah
mengatakan. Begitu juga dengan ibu rumah tangga yang mencoba mengerjakan side job selain mengurus keluarga.
Kadang merasa menyesal, saat harus membiarkan anak bermain sendiri saat kita
membereskan tulisan atau membalas chat
customer. Mungkin juga ada momen dimana kita sangat lelah, lalu menjadi
emosi dan tidak mengontrolnya dengan baik, sampai akhirnya marah-marah kepada
anak. Sungguh menjadi tantangan ketika akhirnya ibu berusaha mengevaluasi diri
dan mencoba mengatur waktu, sehingga kondisi keluarga, diri sendiri, dan pekerjaan
sampingan bisa berjalan beriringan dengan baik. Bagian terpentingnya adalah
tidak menyerah dan mau terus memperbaiki diri.
Pekerjaan
sampingan yang kita tekuni dengan baik akan membawa manfaat bukan hanya untuk
diri kita sendiri saja, tapi mungkin saja akan melejitkan kondisi finansial
keluarga. Berapapun jumlah pendapatan, asal bisa #CerdasDenganUangmu maka yang
sedikit bisa menjadi bukit.
Sampai
dimana perjalanannya untuk merdeka finansial, Mom?