Menonton film Blue Valentine yang dibintangi Ryan Gosling sebagai Dean dan Michelle Wiliams sebagai Cindy membuat saya memaknai kembali perjalanan pernikahan.
Rasanya pernikahan saya masih seumur jagung. Tapi, saya sadari sudah banyak sekali mengeluhnya. Padahal jika masih diberi umur, mungkin ujian yang saya dan suami hadapi belum seberapa.
Short Review
Saat Cindy bertengkar hebat dengan Dean, lalu Dean meminta pengertian Cindy untuk memahami 'the worst part of him' saya merasa tertegun. Sudahkah saya siap ketika harus menghadapi 'the worst part of my husband'? As we know, kita semua manusia yang pasti melakukan kesalahan.
Hubungan manis Cindy dan Dean sebelum menikah yang menjadi flashback dalam film ini membuat saya berpikir tentang up and down sebuah hubungan.
Ketika hubungan kita dengan pasangan sedang dalam titik terendah, bisakah kita mengingat indahnya hubungan kita di masa lalu?
Saya terharu terhadap kegigihan Dean mempertahankan rumah tangganya. Bagaimana dia tidak segan mengemis maaf dari Cindy, lalu betapa carenya dia terhadap Frankie (putri mereka).
Sebagai anak yang lahir dari keluarga broken home, Dean tidak mau Frankie mengalami hal yang sama. Sungguh manis. Mengingat sekarang ini perceraian dianggap sebagai sesuatu yang biasa dilakukan. Padahal meskipun itu hal yang wajar terjadi, bukankah kita masih bisa mengusahakan perbaikan? I don't know. Mungkin sekarang saya bisa berkata seperti ini. Who knows? Semoga Allah senantiasa menjaga keluarga saya. Aamiin.
Maka, saya sangat bersyukur karena dalam Islam pemutus perceraian adalah suami. Mengingat nature saya sebagai wanita (in case my personality) sangat mudah terbawa perasaan dan mungkin sulit berpikir panjang saat menghadapi masalah.
Komentar dan Refleksi
Of course the star in this movie is Ryan Gosling! Pernyataan-pernyataannya dalam film banyak yang menyadarkan saya.
Bagaimana Dean sebenarnya punya banyak keterampilan, berbakat dll, tapi dia memilih untuk kerja serabutan.
Bagaimana dia tidak menginginkan menjadi suami dan ayah. Tetapi, ketika takdir menggariskan dia untuk menjalani peran itu, he try his best.
Betapa bangganya Dean bisa fokus menjadi suami dan ayah tanpa perlu merumitkan masalah pekerjaan. Istilah sadisnya, buat apa sih kerja kalau malah kita nggak bisa menikmati waktu bersama anak dan istri. Duh, lupa detail kalimatnya Dean, yang jelas nampol banget pas scene dia ngucapin kalimat itu.
Salah satu masalah yang disorot di film ini, ketika Dean seperti tidak melakukan apa-apa untuk keluarganya (mungkin karena Dean nggak bekerja seperti umumnya para suami), lantas Dean pun mengalami kehilangan orientasi.
Baca Juga: Remember Me
Ah, sungguh menjadi tamparan ketika seorang pria seperti ini. All out menjadi ayah dan suami.
This movie strikes me in two important things in my life. Becoming good mother and wife as it should be.
Oh ya, dan satu lagi, betapa kadang para istri butuh liburan berdua dengan suami untuk kembali menyatukan hati dan mengingatkan bahwa dulu kita pernah hidup kasmaran nan penuh cinta. LOL. So cheesy.
Semoga bermanfaat!
Sampe nangis dong si Ryan Gosling! |
Ps. Filmnya rating dewasa, jadi tontonlah dalam kondisi steril dari anak-anak. Film Hollywood emang begitu, valuenya udah oke, tapi tetep muatan sexnya terlalu vulgar, duh.