Mendekati akhir 2016, saya memulai pengalaman merantau bersama suami ke Bandar Jaya, salah satu kabupaten di Lampung Tengah.
Tiba di bandara malam hari, tadinya mau mampir ke rumah makan atau minimarket dulu, tapi batal karena sudah lumayan malam dan bapak taksi ngerasa susah nyari tempat yang aman untuk mampir.
Memang isu soal aman nggak aman ini nih yang jadi beban pikiran di awal sebelum memutuskan ikut merantau, karena berita-berita soal Lampung yang terkenal dengan begalnya.
Suasana di depan lingkungan rumah Dokumen pribadi |
Suasana Jadul
Entah karena bentuk bangunan, atau tata kotanya, hawa di Bandar Jaya itu so old dan jadul. Pernah jalan-jalan ke perkampungannya, banyak bangunan dan rumah yang telantar. Padahal dari segi bangunan sebenarnya masih bagus, tapi karena tidak terurus dan terawat jadi menimbulkan kesan begitu.
Kuliner
Makanan di Bandar Jaya didominasi masakan Jawa. Nggak susah menemukan soto, pecel, sate, dan lain-lain, yang rasanya cocok di lidah Jawa saya.
Nasi Urap
Ini salah satu menu sarapan khas yang saya favoritkan selama di Bandar Jaya. Harganya pun murah meriah. Kalau beli di mbak yang tiap pagi lewat di depan rumah dan jualan sayur, sebungkus nasi urap harganya 3 ribu rupiah. Isiannya nasi, urap sayur, tempe atau tahu bacem, sambal, dan ikan asin.
Kurang lebih begini penampakan nasi urapnya Credit to: cendananews(dot)com |
Mie Tek-tek
Rezeki banget bisa ketemu mie tek-tek enak yang lewat malem-malem di depan rumah. Meski katanya Lampung kurang aman, tapi bapak penjual mie tek-tek ini keliling dengan sepedanya. Rasa mie tek-teknya belum saya temukan yang lebih enak.
Bumbu mie tek-teknya ada rasa ebi yang kuat. Mie yang dipake mie basah yang tipis. Harganya cuma 10 ribu rupiah dan itu udah ada campuran telur dan suwiran ayam tipis-tipis. Begitu saya pindah ke Bandar Lampung, saya nggak nemu mie tek-tek yang seenak, tapi seringan itu rasanya. (Duh, sayang fotonya ada di hape lama yang nggak ter-backup).
(Kayaknya bakalan panjang postingan tentang kuliner, tapi dua itu aja yang tidak terlupakan).
Bandar Jaya Sebagai Pusat Perekonomian
Suami saya ditempatkan di kabupaten yang jadi pusat perekonomian Lampung Tengah. Ini terlihat dari banyaknya kantor cabang bank maupun instansi lain di sepanjang jalan lintas Sumatera di Bandar Jaya ini. Saya memang belum pernah jalan-jalan ke daerah lain di Lampung Tengah, tapi menurut cerita suami, Bandar Jaya termasuk daerah yang paling ramai. Sayangnya, meski jadi daerah andalan, masalah banyak jalan yang rusak masih harus dibenahi.
Kejadian Tidak Terlupakan
Banyak sebenarnya kenangan di Bandar Jaya. Karena di sana saya menjalani tahun pertama sebagai seorang ibu yang mengurus bayi tanpa bantuan keluarga dekat. Harus struggling supaya nggak bosan, nggak malu untuk sksd supaya dapet temen, wkwkwkwk. Cari tempat untuk sewa alat per-bayi-an pun harus ke Bandar Lampung, dua jam perjalanan sebelum ada tol. Setelah ada tol perjalanan ke Bandar Jaya cuma 45 menit saja.
Kejadian yang membekas di ingatan tentu saja soal keamanan. Hahahaha. Hampir kemalingan dua kali. Alhamdulillah Allah masih jaga dan beri perlindungan. Menyaksikan tetangga yang habis kemalingan sampai raib motor, padahal ada dua tetangga lain di perumahan yang profesinya polisi.
Glompong tahun 2018. Salah satu tempat yang menyediakan tempat bermain anak dan kulineran. Dokumen pribadi |
Alhamdulillah bersyukur bisa merasakan merantau dan tinggal di Bandar Jaya dalam separuh pengalaman tinggal di Lampung.
Teman-teman ada yang pernah tinggal atau jalan-jalan ke Bandar Jaya?
Satu hal yang paling saya ingat di Bandar Jaya adalah masjid Istiqlal. Kirain cuma di Jakarta aja yang ada masjid istiqlal hehe
BalasHapusIkonik memang masjid Istiqlal Bandar Jaya. Makasih sudah mampir, mbak
HapusSebagian besar di daerah Lampung masih banyak jalan yang rusak,.ga hanya di di Lampung tengah (bandar jaya) di daerahku juga. Mirisnya kualitas pembangunan jalannya juga jauh dari bagus. Dimusim hujan seperti ini jalan yang baru diaspal udah mengelupas lagi terbawa air hujan.
BalasHapusSedih, ya. Padahal udah tahun ke berapa pemilu, belum ada pemimpin yang bisa ngasih solusi soal ini sepertinya.
HapusAku pun pernah merantau dan tinggal di Hukum Jaya, Bandar Jaya. Ramai juga. Di Bandar Jaya kan terkenal dengan mantang ungu nya? Masih kah?
BalasHapusWah, Yukum Jaya, nggak jauh lah. Kalau terkenal atau nggaknya saya kurang tau, mbak. Tapi, memang nggak susah menemukan mantang. Hehehe.
Hapus